Arya yang ambisius dan pekerja keras tidak pernah membayangkan perjalanannya ke benua seberang tempat kedua orang tuanya berasal mampu mengubah pola pikirnya. Arya Soeroadiningrat berjalan menerobos lalu-lalang Manhattan pagi yang sudah biasa ia hadapi sejak memutuskan pindah ke kota New York, hidup secara independen dan terlepas dari kedua orang tuanya yang memutuskan menetap di California sejak Arya belum lahir. Bisa dibilang Indonesia hanya mengalir dalam darahnya. Ia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang bahasa Indonesia. Ia hanya tahu bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak pantai nan indah.

Sejak lahir, kedua orang tua Arya mendidiknya menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Tidak heran jika Arya sudah terbiasa memiliki kerja paruh waktu sejak masih di high school. Didikan orang tuanya yang keras itu ternyata mampu untuk membuatnya bertahan juga dan mengenali lebih dalam lagi tentang tanah kelahiran orang tuanya, Indonesia. Termasuk jatuh cinta dengan gadis Indonesia yang memiliki jiwa filantropis yang tinggi sejak usianya yang terbilang cukup muda, gadis itu bernama Fatma. Cita dan cinta yang tidak selalu berjalan mulus, dijalani dengan ikhlas dan doa yang tulus, begitulah kisah mereka menurut Fatma. Tempaan di kerasnya kehidupan ini adalah sebuah proses yang mengisi setiap ruang dan waktu sehingga dirinya selalu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan alam semesta.