Khalisha tak pernah sangka, puisi-puisi yang ia temukan setiap pagi di mejanya akan memengaruhi hidupnya. Sekuat tenaga ia berusaha mencaritahu identitas sang pengagum rahasia. Ketika pencariannya hampir membuahkan hasil, keadaan mendadak berubah. Sialnya, ia sudah terlanjur cinta pada sang lelaki penyuka sepi. Lalu, apa lagi yang harus ia perbuat kini? Haruskah ia berbalik menjadi pengagum rahasia? Atau, haruskah ia hanya diam dan memercayakan pohon di belakang sekolah untuk menyampaikan rasa cintanya? Bukankah diam mampu mengungkap rasa, lebih dari yang bisa dilakukan kata-kata?